PEMAKAMAN / BONG
Bong adalah istilah yang digunakan di Indonesia untuk menyebut makam tradisional etnis Tionghoa, khususnya yang mengikuti adat dan kepercayaan leluhur Tionghoa. Kata "bong" berasal dari dialek Hokkien atau Hakka yang merujuk pada makam atau kuburan. Makam ini biasanya ditemukan di daerah-daerah permukiman Tionghoa atau di kawasan pemakaman khusus (kuburan Cina) yang disebut juga pekuburan pecinan.
Ciri Khas makam etnis Tionghoa
Batu Nisan Bertulisan Cina
Nisan atau prasasti di bong biasanya berisi nama mendiang, asal-usul keluarga, tanggal lahir dan wafat, dan kadang-kadang puisi penghormatan. Tulisan ini biasanya menggunakan huruf Hanzi (aksara Cina).
Beberapa bong yang lebih modern juga menyertakan terjemahan dalam bahasa Indonesia atau Inggris.
Hiasan dan Simbol
Bong sering dihiasi dengan ornamen seperti patung singa penjaga, burung phoenix, naga, atau simbol-simbol keabadian dan perlindungan.
Warna merah dan emas sering digunakan sebagai simbol kemakmuran dan keberuntungan.
Ruang Ritual
Di bagian depan makam sering terdapat ruang kecil untuk menaruh dupa, lilin, dan persembahan makanan saat upacara penghormatan leluhur, seperti saat Cheng Beng (Qingming Festival).
Fungsi Sosial dan Budaya
Bong tidak hanya berfungsi sebagai tempat peristirahatan terakhir, tetapi juga sebagai pengingat akan pentingnya filial piety (bakti kepada orang tua dan leluhur) dalam budaya Tionghoa. Ziarah ke makam leluhur adalah momen penting untuk menunjukkan rasa hormat, menyambung hubungan spiritual, dan memperkuat ikatan keluarga lintas generasi.
Pelestarian dan Isu Kontemporer
Di berbagai kota di Indonesia, terutama di kawasan urban seperti Jakarta, Semarang, atau Surabaya, banyak bong tua yang kini terancam oleh pembangunan. Sebagian masyarakat dan pegiat budaya berupaya melestarikan makam-makam ini sebagai bagian dari warisan budaya Tionghoa di Indonesia.
TENTANG BONG CINA DI LOSARI
Bong Cina di Losari sudah ada sebelum tahun 90an, awalnya Bong Cina sangat luas hingga mencapai makam orang muslim, namun kemudian pada tahun 93-94, makam di rapikan dan dipersempit. Karena usia makam yang sudah ratusan tahun, banyak makam yang akhirnya tumpang tindih dan tidak terawat dengan baik. Bentuk dari makam di Bong Cina yang relatif besar menandakan status sosial dimasyarakat, semakin besar makam tersebut, maka semakin tinggi juga status sosial mereka dimasyarakat. Saat ini, kondisi makam-makam yang ada di Bong Cina banyak ditumbuhi tanaman serta rumput-rumput liar, baik di atas maupun di samping dan sekitar makam.
Sampai saat ini keadaan bong ada yang terawat dan tidak
banyak makam yang ditumbuhi rerumputan liar
Masih ada nisan yang dapat dibaca dengan baik walaupun tidak dirawat
Keturunan tionghoa banyak yang memeluk agama kristen, ini dapat dibuktikan pada pemakaman mereka
Para keturunan tionghoa di Indonesia banyak yang memeluk agama kristen
Banyak bong yang ditumbuhi rumput liar, walaupun begitu bukan berarti tidak dirawat